Kawakibul Fushoha

Pertemuan Para Alumni Al-Azhar Markaz Kawakib dan Daar Qoof sebagai Bekal dan Renungan Kaum Azhari

Indo,Kegiatan

Pertemuan perdana alumni Al-Azhar dari pelajar Markaz Kawakib dan Daar Qoof di Mesir bersama Dr. Syeikh Syarafuddin Al-Azhari menjadi bekal utama bagi para alumni sebelum kembali ke tanah air.

Acara resmi dengan tema “في سبيل العلم نلتقي وفي نهج شيخنا نرتقي” (Di jalan ilmu kita bertemu, dan dengan metode belajar ala Syeikh kita bertambah maju) terlaksana dengan baik pada hari Rabu, 18 September 2024, di salah satu rumah Markaz Kawakibul Fushoha, Hay Asyir, Kairo. Dr. Syarofuddin, selaku pendiri Markaz Kawakibul Fushoha dan Daar Qoof, merupakan penggagas momen fundamental tersebut. Pasalnya, acara serupa pertama kali diadakan pada tahun 2023 di Kota Dimyat secara nonformal.

Berangkat dari rasa empati dan perhatian Syeikh terhadap para muridnya, pertemuan tersebut kembali diadakan secara resmi dan perdana pada tahun berikutnya. Permintaan dari salah seorang alumni juga menjadi salah satu motif lahirnya acara ini.

Terbilang sukses, pertemuan tersebut menyita perhatian dan antusiasme sekitar enam puluh orang alumni dari berbagai fakultas, yang hadir selama kurang lebih empat jam. Susunan acara terdiri dari pembukaan, pembacaan kalam ilahi, sambutan, nasihat dan arahan dari Syeikh, doa, penutupan, dan sesi foto bersama. Usai acara, para alumni juga dijamu dengan makan siang sebelum meninggalkan lokasi.

Mula-mula, para peserta diajak untuk merenung pada isi sambutan dua wakil alumni mengenai peran yang mereka emban sebagai Azhari. Kedua wakil tersebut mengungkapkan rasa syukur, terima kasih, serta kebanggaan kepada Universitas Al-Azhar, Markaz Kawakib, dan Daar Qoof atas sumbangsih ilmu dan akhlak yang telah mereka terima. Terutama kepada Dr. Syarafuddin selaku mu’allim (pengajar) dan murabbi ruhani (pendidik jiwa).

“Jika ditanya apa yang telah kamu dapat dari Al-Azhar, aku tidak akan menjawab dengan apa yang aku dapat dari Al-Azhar, tetapi apa yang aku dapatkan dari Kawakibul Fushoha. Sebab di tempat inilah, kami bukan hanya belajar ilmu dari kitab-kitab, tetapi juga belajar ilmu kehidupan yang sebenarnya,” tutur seorang mahasiswi di atas podium.

Pernyataan yang selaras juga digemakan oleh seorang mahasiswa dalam sambutan kedua. Dia menilai bahwa acara pertemuan tersebut adalah penyelamat bagi para alumni yang kehilangan arah setelah masa kelulusan. Tak hanya takjub dengan pengakuan para alumni Kawakib dan Daar Qoof, para peserta dibuat terkesima oleh dekorasi dan spot foto yang ikonik, yang menjadi citra dan daya tarik visual pada momen sakral tersebut. Latar belakang panggung utama yang dihiasi sebuah bintang berukuran besar memiliki makna bahwa setiap alumni Al-Azhar adalah cahaya bagi umat manusia.

Selebaran foto yang tergantung rapi di atas tempat duduk peserta merupakan bentuk memori perjuangan para alumni dalam menuntut ilmu di markaz. Harapan tinggi dan semangat thalibul ilmi (menuntut ilmu) berdasarkan nilai Azhari tergambar jelas oleh deretan foto masyaikh (para guru besar) Universitas Al-Azhar Asy-Syarif yang berada di sisi kiri panggung. Sementara itu, di sisi kanan, dipadati romantisme dekorasi awan putih yang bercahaya. Para peserta pertemuan juga terlihat kompak berseragam, perempuan dengan abaya hitam yang dipadu jilbab putih segi empat, sedangkan laki-laki dengan gamis putih dan kopiah Azhar.

Nasehat dan motivasi Syeikh Syarofuddin mengisi tiga perempat waktu pertemuan tersebut. Akibatnya, banyak yang tak kuasa menulis catatan, sehingga beberapa orang memilih merekam dengan ponsel pribadinya. Bahkan, ada yang nekat mencerna kalam dengan tangan kosong sebab fokus yang tinggi. Pada kesempatan itu, Syeikh Syarof menceritakan pahit manis perjuangan yang beliau rasakan selama menuntut ilmu di Al-Azhar.

Mulai dari bagaimana beliau beruzlah dari banyaknya orang demi fokus pada ilmu, bermulazamah dengan masyaikh, mengatur waktu, hingga mempersiapkan ujian kuliah Al-Azhar yang memakan waktu tiga bulan lamanya. Urusan diktat kuliah yang tebal, keterbatasan media sosial, dan pola hidup sederhana adalah asupan Syeikh Syarof sehari-hari. Hal tersebut juga menjadi perbandingan yang beliau rincikan antara pelajar Al-Azhar dahulu dan sekarang. Beliau beranggapan bahwa sistem edukasi Kampus Al-Azhar sudah bergeser lemah. Imbasnya, seluruh mahasiswa tidak lagi mau bersusah payah belajar, sebab diktat kuliah yang ringan dan berlakunya soal pilihan ganda pada lembar soal ujian. Beliau juga melontarkan pesan sarkasme dan motivasi agar para alumni sadar bahwa mereka telah lulus dari sebuah universitas besar yang melahirkan para alim ulama.

Pertemuan tersebut kritis akan pelbagai tantangan dan harapan intelektualisme bangsa Indonesia dalam beragama Islam. Syeikh Syarof mengemukakan segelintir masalah umum yang terjadi pada para pelajar Indonesia di Al-Azhar, Mesir. Beliau juga yakin hal tersebut berakar pada tiga asas: kualitas pengajaran dan pendidikan di berbagai instansi sekolah agama di Indonesia, peran orang tua dan keluarga, serta lembaga penanggung jawab pelajar Indonesia Al-Azhar seperti konsulat, kekeluargaan, dan PPMI. Demikian, sejak tahun 2002, Syeikh Syarof telah membantu meringankan masalah tersebut dengan membentuk lingkungan disiplin ilmu untuk para pelajar, yang hingga kini telah berkembang menjadi sebuah rumah binaan bernama Markaz Kawakibul Fushoha.

Kawakib adalah markaz yang dibangun atas rasa cinta terhadap ilmu dan rasa peduli terhadap para penuntut ilmu. Kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara Islam terbesar di dunia. Saya berpikir, dengan kita khidmah (membantu) para pelajar Indonesia Al-Azhar, maka saya telah berkontribusi besar kepada agama Islam,” tutur Syeikh Syarof. Fakta tersebut benar-benar dirasakan para alumni selama belajar di Markaz Kawakib dan Darqof, bersamaan dengan dahsyatnya tarbiyah yang diajarkan Syeikh Syarof di sana. Setelah melewati proses yang tak mudah, harapannya para alumni Kawakib dan Darqof mampu diakui sebagai Azhari dengan kredibilitas ilmu dan akhlak yang baik di kancah nasional dan internasional. Hal tersebut ditegaskan dalam bait syi’ir karya Ahmad Syauqi yang beliau bacakan sebagai pesan terakhir pada pertemuan tersebut: “قم في فم الدنيا وحي الأزهرا وانثر على سمع زمان الجوهرا” (Berdirilah di mulut dunia dan kawasan Al-Azhar, sebarkanlah pada telinga masa sebuah permata).

 

Ditulis oleh: Ustadzah Almasah Mukaromah, Lc.

Tags:

Kawakibul Fushoha , kegiatan , LC , Makalah Indo
Share This :

Recent Posts

Punya Pertanyaan Tentang Kawakib?

Hubungi admin di sini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *