al-tadzakkur fii al-tasyakur

Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmusshalihat, segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Hari Jumat, tanggal 4 Oktober 2024, menjadi momen yang akan terus dikenang. Bagaimana tidak, ini adalah kisah perjalanan sepanjang hayat yang akan terus diupayakan kesempurnaannya. Setelah melewati pahit manisnya tamhidy S2, akhirnya semua usaha membuahkan hasil, tak jauh dari prediksi, sesuai dengan yang Allah restui. Maka, kami ungkapkan rasa syukur ini dengan berbagi kebahagiaan.
Sebagaimana bentuk kesyukuran Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu ketika mengkhatamkan Surah al-Baqarah, beliau menyembelih baqoroh (sapi). Begitu pula Syekh Syarofuddin yang memotivasi kami untuk merayakan momen bahagia ini.
Acara yang serba cepat dan sederhana itu sukses berkat kekompakan tim. Di sela-sela kegiatan, teman-teman yang sibuk menghadiri ruang-ruang keilmuan tetap mengupayakan yang terbaik untuk acara ini.
Meja dan kursi disusun rapi di depan, tepat di samping kanan dan kiri Syekh, lengkap dengan name tag dan gelar masing-masing. Dalam hati, terbesit perasaan bahwa diri ini belum pantas berada di sana, namun begitulah yang Syekh instruksikan. Ternyata, ini bukan tentang pantas atau tidak pantas, melainkan tentang bagaimana beliau memuliakan ilmu.
Acara ditutup dengan pemberian tumpeng hasil karya teman-teman sakan S2 dan makan bersama dengan hidangan rendang khas Sumatera. Rasa haru, bahagia, dan syukur menyelimuti suasana hari itu.
“Bertemu Syekh menjadi kado terindah tahun ini. Beliau memberi banyak kejutan serta mendidik hati dan pikiran. Berguru memang sangat menyenangkan, apalagi kepada sosok yang peduli dengan maslahat duniawi dan ukhrawi kita.”
Begitu pula dengan kebersamaan bersama kawan-kawan S2 Kawakib. Ini menjadi privilege tersendiri—saling membangun dan merangkul. Lingkungan yang baik itu sangat berharga; ia mampu membentuk kebiasaan, karakter, bahkan peradaban. Siapa sangka, dari lingkungan inilah lahir pionirpionir penggerak kebaikan, penerus estafet cendekiawan muslim.
Perjalanan ini belum selesai. Setiap pencapaian adalah awal dari perjalanan berikutnya, menjadi batu loncatan dari satu perjuangan ke perjuangan lainnya, sebagaimana pesan cinta Sang Ilahi di akhir Surat al-Insyirah yang menjadi bahan bakar bagi para pejuang.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ
“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (terhadap urusan yang lainnya), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”
Dan perkataan Imam Syafi’i rahimahullah, bahwa manisnya hidup itu dengan adanya perjuangan di dalamnya,
فانصب فإن لذيذ العيش في النصب
Tamhidi magister ulum memang telah paripurna, tapi tidak dengan perjalanannya, karena menuntut ilmu adalah perjalanan yang tak bertepi.
Semoga istiqamah kita di jalan ilmu ini menjadi kado terindah untuk Allah dan Rasul-Nya serta para guru dan orang tua kita, dalam berkhidmat terhadap agama ini. Aamiin.
Ditulis oleh: Ustadzah Tasliah Al-Wafi, Lc.